Berbagi tulisan bermanfaat yang pernah ku baca

Infotainment=Gossip


Infotainment=Gossip


ERA GLOBALISASI memang tak bisa dielakkan. Semua segi kehidupan terkena imbasnya, tak terkecuali bidang telekomunikasi. Kotak ajaib yang bernama televisi adalah salah satu media massa elektronik yang berkembang sangat pesat. Acara televisi kini dikemas semenarik mungkin agar pangsa pasar kian luas.
Dari sekian banyak acara yang diproduksi di Indonesia, sinetron dan infotainmen lah yang memiliki ratting tinggi baik dalam jumlah pemirsa maupun jam tayang. Dan yang menarik adalah mayoritas pemirsa dua tontonan itu adalah kaum wanita. Tak jarang informasi yang disampaikan lewat tayangan infotaiment menjadi bahan obrolan hangat di masyarakat terutama ibu- ibu dan remaja putri baik di rumah, kantor, pasar, mall, cafe, sekolah atau di area publik lainnya. Pro kontra yang menyebutkan tayangan infotainmen haram pun digulirkan dan penjadi polemik di masyarakat seiring dengan maraknya tayangan infotaiment yang “kelewatan”.

Bila kita cermati lebih jauh, sebenarnya yang dilakukan televisi saat ini adalah memanfaatkan leisure time (waktu luang) yang makin banyak dimiliki oleh kaum wanita yang lebih banyak di rumah. Makin banyaknya waktu luang baik sebagai akibat kemajuan teknologi kerumahtanggaan (misal di gunakannya mesin cuci serta peralatan modern lainnya) ataupun membaiknya kondisi ekonomi. Sehingga, banyak digunakan jasa pembantu rumah tangga (PRT) dan banyak dimanfaatkan pengelola televisi untuk menyajikan tayangan- tayangan yang merupakan komodifikasi berbagai hal sehingga tampak menarik.

Para pakar komunikasi menyebutkan, televisi memiliki kelemahan yang disebut lack of selectivity (kurang selektif), sehingga tidak heran bila banyak remaja yang masak dini karena hampir semua tayangan bisa disajikan oleh siapa saja. Belum lagi, salahnya penggambaran lewat berbagai sinetron ABG yang menggambarkan bagaimana anak setingkat SMU ketika berpacaran pun seolah sudah sah dan wajar bila melakukan hubungan suami istri. Penggambaran seringnya terjadi kehamilan sebelum nikah dengan berbagai cara pemecahan yang dilakukan sering tidak masuk akal, dan bertentangan norma, etika, bahkan kaidah agama dan hukum yang berlaku.

Demikian pula, bila kita saksikan berbagai tayangan dengan label infotaimen yang selain sangat bertentangan dengan kaidah jurnalistik, justru tanpa sadar sebenarnya kurang mendidik.

Disadari atau tidak infotainmen lebih mem “blow up” urusan yang terlalu pribadi.

Yang menjadi catatan menarik adalah belakangan ini dengan ratting yang tinggi, tayangan infotainment telah memenuhi ruang televisi. Setiap hari dalam sehari infotainmen ditayangkan lebih dari sekali. Beritanya pun lebih mengupas kawin cerai para selebritis dengan segala bentuk pertikaian termasuk juga menyangkut masa talu si artis lengkap dengan lika-liku kisah asmaranya. Dari si A yang pernah punya anak tanpa nikah, perselingkuhan, sampai ilmu pelet. Semua tersaji secara lengkap dan meyakinkan. Kini, tayangan infotainmet lebih banyak menyodorkan lontaran-lontaran serta komentar yang bernada negatif dari artis-artis yang sedang bertikai, terutama pasangan yang sedang berselisih baik yang sudah menikah atau belum sehingga masyarakat seluruh Indonesia mengetahui persoalan rumah tangga para artis. Batas-batas privacy selebritis telah dilompati yang akhirnya urusan rumah tangga pun menjadi konsumsi publik. Akibatnya masyarakat mempunyai komentar beragam, dan dengan mudah dapat menjustifikasi si artis secara sepihak hanya gara-gara menonton infotaimen. Efek tayangan televisi sangat efektif dalam membentuk opini publik. Bisa jadi apapun yang dilakukan para artis dapat ditiru oleh para pemirsanya, apalagi si artis adalah idolanya.

Kita lalu ingat, sebenarnya salah satu prinsip dalam jurnalistik adalah “berita adalah fakta, namun tidak semua fakta pantas/bisa dijadikan berita”. Persoalan dalam rumah tangga misalnya, tidak pantas dijadikan berita kecuali bila terkait dengan sesuatu yang sifatnya extra ordinary (luar biasa). Misal, kekerasan dalam rumah tangga yang selain bertentangan dengan undang- undang juga menyangkut kepentingan banyak orang. Karena itu, pantaslah bila kita merenung dan bertanya mungkinkah tampilan acara infotainmen harus memilih porsi semestinya dalam memberitakan sesuatu khususnya yang bersifat pribadi pada audience. Bukankah lebih baik jika acara infotainmet berisi tentang prestasi si artis, atau segala sesuatu yang tidak bermaksud menyudutkan dan saling menjatuhkan.

Langkah bijak yang dapat ditempuh adalah mencermati dan memilih acara yang disodorkan televisi. Yang ditayangkan di televisi tak semuanya fakta, itu yang perlu diingat. Jika di antara kaum wanita ada yang ternyata menjadi salah satu orang yang terlibat di dunia pertelevisian hendaknya menggunakan kesempatan ini untuk lebih arif.





0 komentar:

Posting Komentar

Infotainment=Gossip