Berbagi tulisan bermanfaat yang pernah ku baca

Agar Ramadhan Lebih Bermakna

Agar Ramadhan Lebih Bermakna


Ibadah dalam Islam bukan cuma ajang untuk memburu pahala, tetapi juga sarana untuk
menempa akhlak dan kepribadian mulia. Shalat dapat menjaga diri dari perilaku tercela dan mungkar (QS
al Ankabut: 45). Shalat melatih diri untuk tidak berkeluh-kesah dan tidak kikir saat bergelimang
harta (QS al-Ma’arij: IQ- 23). Puasa dapat melahirkan pribadi bertakwa (GS al-Baqarah: 183).

Ada banyak ibadah yang disyariatkan di bulan Ramadhan. Dari yang bersifat wajib seperti
puasa dan zakat fitrah, atau yang sunnah semisal shalat Tarawih dan l'tikaf.

Ibadah puasa disyariatkan untuk mewujudkan manusia Mukmin yang bertakwa. “Hai o- rang-orang yan
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu
agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah: 183).
Jika “takwa" dimaknakan seperti yang tercermin dari jawaban Ubay bin Ka'ab saat Umar bin Khaththab
menanyainya tentang takwa, dimana Ubay bin Ka'ab menjawabnya dengan pertanyaan, “Apakah kamu
peman berjalan di tempat yang banyak duri?"
“Ya," jawab Umar.
“Apa yang kamu lakukan?” tanya Ubay.
"Saya akan berupaya sepenuh tenaga (agar tidak menginjak duri)jawab Umar.
“Itulah makna takwa,” jawab Ubay.
Dengan puasa, diharapkan seseorang dapat terbiasa berpuasa (menahan diri) dari hal- hal yang
dilarang Rabbnya. Seandainya makna takwa lebih menekankan pada upaya meninggalkan
larangan Allah, seperti tercermin dari pendapat Ubay, maka puasa adalah cara terbaik untuk
itu. Saat puasa, seseorang dibina untuk meninggalkan kelezatan dan kenikmatan makan,
minum dan hubungan suami-istri. Setelah berpuasa, seharusnya seseorang dapat melatih diri
untuk menjauhi larangan larangan Allah. Puasa baru dapat melahirkan ketakwaan jika: pertama,
puasa dilaksanakan berdasarkan keimanan dan ihtisab (mengharap pahala dari Allah).
Kedua, puasa tidak sekadar meninggalkan makan dan minum di siang hari. Abu Hurai- rah ra
meriwayatkan, Rasulullah bersabda, “O- rang yang tidak meninggalkan perkataan dan
perbuatan dusta, maka Allah tidak sedikit pun memiliki keperluan terhadap peninggalan makan
dan minum orang tersebut,” (HR Bukhari).

Puasa yang dikehendaki Allah bukan hanya sekadar meninggalkan makan dan minum di siang
hari.Tapi puasa yang tidak disertai berkata dan berbuat dusta. Mencaci, mengejek, mencela,
menggunjing dan mengadu domba.contoh makna perkataan dan perbuatan tercela.

Hadis di atas juga merupakan ancaman atas orang yang berpuasa dengan hanya sekadar
meninggalkan makan dan minum. Puasa tersebut tidak bermakna di sisi Allah. Jika tanpa
makna, pasti puasa tersebut tidak akan pernah melahirkan ketakwaan.
Terdapat sunnah Nabi di malam Ramadhan, yaitu shalat Tarawih (qiyamullaif), walau tentu
saja shalat malam bukan hanya terbatas saat bulan Ramadhan. Apa yang diraih—selain
pahala dari shalat—baik shalat fardhu atau sunnah?

Pertama, shalat melatih orang untuk menjauhi perbuatan tercela dan kemungkaran. uDan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan munkar,” (QS al-Ankabut: 45).

Kedua, shalat sebagai sarana terbaik untuk dijadikan penolong dalam keajegan dalam
menaati perintah Allah.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS al-Baqarah: 45).

Ketiga, shalat penolong terbaik dalam menghadapi masalah kehidupan. “Sesungguhnya manusia
diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila
ia mendapat kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat Yang mereka itu
tetap mengerjakan shalatnya,” (QS al-Ma’arij: 19-23).

Shalat benar-benar dapat mewujudkan ketiga hal di atas jika ia dilakukan secara rutin, dikerjakan di awal waktu, dikerjakan secara berjamaah dan tidak dilalaikan. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) o- rang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang orang yang berbuat riya, ” (QS al-Maun: 4-6).

Melalaikan shalat dapat menyebabkan kecelakaan. Lalu bagaimana jika meninggalkannya? Tentu
Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, ‘Kami dahulu
tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat(QS al- Mudatstsir: 42-43).

Melalaikan shalat adalah sikap orang-orang munafik. “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu
Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali,” (QS an-Nisa*: 142).

Di antara teladan Nabi Muhammad saw saat Ramadhan adalah memperbanyak membaca al
Qur’an Setiap malam Ramadhan malaikat Jibril mendaraskan al-Quran kepada Nabi (HR
Bukhari dan Muslim). Al- Qur’an adalah dzikir terbaik. Apa yang dapat diraih kala kita berzikir
kepada Allah? u (Yaitu) orang-orang yang benman dan hati mereka manjadi tentram dengan
mengingat Aliah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Aliahlah hati menjadi tentram,” (QS ar-Ra’d: 28).
Puasa Ramadhan tidak hanya melahirkan ketakwaan. Puasa Ramadhan melahirkan kebahagiaan. uOrang yang puasa memiliki dua waktu bergembira; saat berbuka bergembira, dan waktu menjumpai Rabbnya bergembira dengan (balasan) puasanya" (HP. Bukhari dan Muslim).

Rasa bahagia yang dirasakan saat setiap kali berbuka di kala Magrib tiba atau bergembira
saat hari raya Idul Fitri menjelang, karena telah menyempurnakan perintah Allah untuk
berpuasa sebulan penuh.





0 komentar:

Posting Komentar

Agar Ramadhan Lebih Bermakna