Berbagi tulisan bermanfaat yang pernah ku baca

Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya

Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya

Beberapa waktu yang lalu, sekolah tempat saya mengajar mengadakan pembagian rapor bayangan. Seperti pembagian rapor pada umumnya, momen ini digunakan para guru untuk berinteraksi dengan orang tua murid. Guru akan memaparkan kelebihan dan kekurangan anak didik selama mengikuti pelajaran di kelas. Sementara orang tua murid biasanya menyampaikan keluh kesah mereka seputar kegiatan belajar anak di rumah, juga masalah masalah yang kerap ditemui. Lalu guru dan orang tua murid bersama sama mencari solusinya.

 Pembagian rapor pun dimulai, satu persatu orang tua mengambil rapor sambil membicarakan permasalahan yang dihadapi anaknya. Tak berapa lama, tumpukan rapor di meja saya semakin berkurang. Saya belum bisa tenang sebab ada satu orang tua murid yang belum datang.

 Saya sangat mengharapkan kehadiran orang tua dari si fulan, sebut saja begitu, karena ada hal penting yang ingin saya sampaikan, tentu saja ini berkaitan dengan anaknya. Tiba di penghujung waktu, bapak si fulan akhirnya datang dan inilah saatnya, ucap saya dalam hati.

 Usai menyerahkan rapor bayangan, saya langsung meminta waktu untuk berbicara sebentar. Syukurlah dia menyetujuinya.

 Maaf pak, mengenai anak bapak ini, pada dasarnya dia mampu untuk menyelesaikan tugas tugas atau ulangan yang kami berikan. Tapi kelihatannya dia agak malas membaca, “ jelas saya.

 Seraya memperhatikan reaksi bapak itu, saya melanjutkan cerita dengan memberi contoh kejadian waktu ujian tengah semester. Waktu ujian tengah semester yang lalu, anak bapak mengalami kesulitan dalam menjawab soal. Saya perhatikan dari pelajaran pertama yang diujikan, dia hanya memainkan pensil sambil mengamati teman temannya. Tidak satu soal pun yang dia jawab sampai ujian terakhir. Kemudian setelah jam istirahat, ada ujian lagi, untuk pelajaran berikutnya. Tapi ternyata anak bapak mengerjakan soal ujian itu lebih lama, dan itu pun baru satu nomor yang dijawab. “

 Pada waktu itu saya berbicara dengan serius, berharap agar sang bapak memahami permasalahan yang dialami anaknya di kelas. Namun jawaban yang diberikan bapak bulan ini sungguh diluar dugaan saya. Dia malah tertawa terbahak bahak sambil mengatakan, “ ah, kalau begitu dia itu mirip saya bu guru, waktu kecil”

 Saya sedikit tertegun. Lalu saya ceritakan peristiwa lain tentang anaknya di kelas. Lagi lagi dia tertawa. Ah, mungkin itu mirip juga dengan pengalamannya di masa kecil, tebak saya.

 Awalnya saya pikir, dengan berdialog, kami dapat menemukan solusi untuk mengatasi masalah belajar si fulan. Namun setelah mengetahui kalau perilaku si fulan ternyata mirip sekali dengan bapaknya sendiri,  saya jadi tidak bisa berharap terlalu banyak.

 Agaknya pepatah yang mungkin sering kita dengar, buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya, ada benarnya juga. Anak menjadi refleksi atau cerminan orang tuanya. Bila seorang anak berperilaku begitu baiknya, lihatlah orang tuanya. Atau jika kita mau tahu bagaimana perilaku kita sewaktu kecil, maka lihatlah anak kita. Ini sebuah pelajaran buat saya.

 Sumber ummi edisi maret 2008




0 komentar:

Posting Komentar

Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya