“ saya
menjadi pekerja seks komersial karena terpaksa untuk membiayai kuliah. Walau di
hati yang paling dalam saya tahu ini dosa dan nista, tapi saya tidak punya
pilihan lain. Itu perkataan yang muncul dari mulut seorang PSK saat
diwawancarai langsung, tentunya dengan identitas yang disamarkan, pada sebuah
acara kerohanian di salah satu stasiun televisi swasta. Selain PSK, pada acara
itu hadir pula ustad dan seorang psikolog.
Yang menarik perhatian saya bukan tema yang
dibahas dalam acara tersebut. Tertarik dengan ungkapan psikolog di akhir acara
saat diminta komentarnya oleh pembawa acara.
“ marilah kita sebagai orang tua bersama sama
membimbing buah hati kita untuk dapat belajar menerima kemenangan dan kekalahan.
Jangan sampai jika anak mendapat kemenangan diekspresikan dengan kegembiraan
yang berlebihan seperti berpesta yang penuh
dengan hal mubazir. Namun sebaliknya jika anak mendapat kesulitan orang
tua langsung turun tangan mengatasinya karena khawatir anaknya tidak dapat
menghadapi kekalahan atau kekecewaan. Jika menghadapi masalah, bimbinglah anak
kita untuk terbiasa mencari akar permasalahannya dan mengidentifikasikannya.
Kemudian saya untuk mencari cara penyelesaiannya dengan berbagai alternatif
pemecahan masalah. Dorong ia melakukan sendiri penyelesaiannya. Persiapkan anak
untuk dapat menghadapi kegagalan dengan jalan mengevaluasi kembali langkah yang
telah dilakukannya dan dorong lagi anak untuk mencoba menyelesaikan masalahnya
dengan cara yang lain gunakan selalu rumus rencanakan oman laksanakan, dan
tinjau ulang.“
Sang ustad juga ikut menambahkan, saya sependapat dengan pendapat ibu psikolog,
saya ingin menambahkan bahwa tugas orang tua selain membimbing anak untuk
melakukan plan, do, dan review, iya
juga harus memperkenalkan alternatif pemecahan masalah yang sesuai dengan nilai
nilai agama. Jangan sampai pemecahan masalah yang diambil bertentangan dengan
norma dan nilai agama.
Sekilas pernyataan psikolog tersebut tampak
tidak nyambung dengan masalah yang diangkat dalam tema tersebut yaitu PSK terpaksa melakoni pekerjaannya untuk membiayai
kuliah. Namun jika ditelaah lebih dalam, maka akan kita dapatkan benang merah
antara pernyataan PSK tersebut bahwa ia
tidak punya pilihan lain untuk mengatasi masalahnya dengan kebiasaan untuk
mencari alternatif pemecahan masalah yang tidak keluar dari koridor agama.
Seseorang yang sejak kecil dididik oleh orang
tuanya untuk terbiasa melakukan plan, do, dan review dan selalu dibimbing dengan
nilai nilai agama Insya Allah akan menjadi pribadi yang tangguh dan cerdas
dalam menyelesaikan masalahnya.
Misalnya saja jika ketidak mampuan membiayai
kuliah menimpa pribadi yang tangguh dan beriman maka ia akan menggali potensi
dirinya. Misalnya ia belajar berdagang barang barang yang dibutuhkan teman
temannya. Atau dengan potensi kecerdasan yang dimiliki, ia dapat bekerja
sampingan sebagai guru les privat ataupun guru di berbagai bimbingan
belajarselain berusaha bekerja di tempat dan dengan cara yang halal, secara
spiritual pun ia akan selalu mendekatkan diri kepada sang khalik agar diberi
kekuatan dalam menghadapi cobaan tersebut iya, misalnya, akan berusaha berpuasa
senin kamis untuk melatih meredam hawa nafsu duniawi dan berusaha bersikap
qanaah.
Sesungguhnya profesi sebagai orang tua dalam
mendidik anak memerlukan ilmu. Dan semoga Allah menjadikan kita pribadi yang
selalu mau terus belajar dan memperbaiki diri.
Sumber ummi edisi juni 2008
0 komentar:
Posting Komentar