Hukum Bermaafan Sebelum Puasa Ramadhan
Assaiamu'alaikum wr. wb.
1. Saya mau
tanya. Apa hukum bermaaf- maafan sebelum puasa, sebagaimana banyak dilakukan di
tengah masyarakat. Sebab, kabarnya ada dalil tentang itu. Yakni, hadits yang
menyebutkan bahwa ketika Rasullullah sedang berkhutbah di suatu shaiat Jum’at
dalam bulan Sya’ban, beliau mengatakan “Amin" sampai tiga kali. Para
sahabat yang mendengar Rasullullah mengatakan *Amin" itu terkejut. Mereka juga akhirnya mengucap
“Amin" Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasulullah berkata Amin sampai
tiga kali.
Usai shaiat
Jum’at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah. Beliau lalu menjelaskan,
"Ketika
aku sedang berkhutbah, datanglah malaikat Jibril dan berbisik.
"Wahai Rasullullah!
Aminkan doaku ini.m Doa Malaikat
Jibril itu adalah sebagai berikut:
‘Ya Allah, tolong abaikan puasa umat Muhammad,
apabila sebelum memasuki buian Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang
berikut: Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika
masih ada); tidak ber-
maafan terlebih dahulu antara suami istri; Tidak bermaafan
terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya. Maka Rasulullah pun mengatakan *Amin” sebanyak 3 kali. 2. Apa hukumnya mengucapkan uSelamat
Hari Raya”, uMinalAidin walFaizin", ’laqab- balallahu minnaa wa
minkum", dan lainnya
pada hari raya?
Terima kasih sebelumnya.
Abdul Ghafur—Tanah Abang, Jakarta Pusat
Wa’alaikumussalam wr. wb.
Alhamdulillahi rabbif alamin. Wasshalatu was-salaamu ala
rasulillah, wa bad...
Kami tidak mengetahui hadits yang Anda sebutkan di
atas. Yang kami ketahui adalah sebagai berikut: Abu Hu- rairah meriwayatkan
bahwa Rasulullah saw pernah naik
mimbar kemudian berkata, “Amin, Amin, Amin "Ada yang bertanya kepada
beliau, “Ya Rasulullah, engkau naik mimbar, kemudian mengucapkan Amin, Amin,
Amin?" Beliau bersabda, “Sesungguhnya Jibril 'Alaihis salam datang
kepadaku, dia berkata. ‘Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak
diampuni dosa- nya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan
‘Amin’, maka aku pun mengucapkan Amin’.,..,” (HR Ibnu
Khuzaimah, 111/192; Ahmad, 11/246 &
254; ALBaihaqi)
Hadits ini
shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim IV/1978. Banyak hadits
diriwayatkan dari beberapa orang sahabat dalam bab ini (Fadhail
Syahri Ramadhan, Ibnu Syahin, him. 25-34).
Dalam
riwayat lain disebutkan, Nabi saw naik ke atas
mimbar kemudian berkata, "Amin, amin, amin." Para sahabat bertanya, ‘
Mengapa Anda berkata ‘Amin, amin,
amin*, wahai Rasulullah?” Nabi saw bersabda, Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata,
'Hai Muhammad, celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat
kepadamu dan katakanlah aminl’ Maka kukatakan, 'Amin.1 Kemudian
Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi ke luar
dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!1
Maka aku berkata, ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Celaka seseorang yang
mendapatkan kedua orangtuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup
tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!’ Maka
kukatakan, ‘Amin’ (HR. Bazzar dalam Majma’ az-Zawaid, X/1675- 166, Hakim
IV/153). Hadits ini dishahihkan dan disetujui oleh Imam adz-Dzahabi dari Ka‘ab
bin Ujrah, sebagaimana diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adab al-Mufrad No. 644. Lihat:
Shahih al-Adab al-Mufrad, No. 500, dari Jabir bin Abdillah).
Kedua hadits
tersebut tidak berkaitan dengan perbuatan saling bermaafan sebelum puasa
Ramadhan. Lantas, bagaimana dengan hukum perbuatan ini?
Perbuataan
meminta maaf dan memaafkan adalah salah satu bentuk kebaikan, la bisa dilakukan
kapan saja. Bisa sebelum, di dalam, maupun sesudah bulan Ramadhan.
Sebagai sebuah kebaikan, tentu saja sebaiknya tidak
ditunda-tunda. Tidak perlu menunggu datang bulan Ramadhan untuk meminta maaf
kepada orang lain, jika kita memang mempunyai kesalahan. Pertama,
karena tak ada tuntunan syariat harus dikumpulkan terlebih dulu dan menunggu
sampai menjelang bulan Ramadhan. Kedua, tak ada jaminan bagi seseorang dapat
bertemu dengan bulan Ramadhan.
Jadi
perbuatan meminta maaf sebelum Ramadhan, bukanlah sunnah yang dianjurkan, namun
juga ia tidak dilarang. Walau demikian, perlu diingat bersama, jika meminta
maaf sebelum Ramadhan ini menjadi kebiasaan dan tradisi di masyarakat,
dikhawatirkan ia kemudian dianggap sebagai suatu sunnah yang dianjurkan,
sehingga menjadi bid’ah yang dilarang.
2. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pemah ditanya tentang
ucapan selamat Idul Fitri. Beliau menjawab, ucapan selamat (tahniah) pada hari
raya dengan mengucapkan kepada sesama Muslim ketika bertemu di jalan: taqabbalallahu minnaa wa
minkum (semoga
Allah menerima amal kami dan amal kalian) tersebut diriwayatkan dari perbuatan
sebagian sahabat Rasulullah saw. Imam Ahmad dan yang lain menganggap itu sebagai rukhshah
(keringanan). Namun, Imam Ahmad berkata, “Saya tidak memulai ucapan tersebut. Jika orang
lain mengucapkannya kepada saya terlebih dulu, saya akan jawab. Sebab, menjawab
penghormatan itu wajib. Tapi memulai ucapan selamat bukanlah sunnah yang
dianjurkan tapi juga tidak dilarang." Wallahu a’lam
0 komentar:
Posting Komentar