Umumnya, bila kehidupan berjalan normal, anak bungsu
berkembang tanpa banyak kesulitan. Ia banyak yang menolong. Hal ini
mempengaruhi perkembangan kepribadiannya pada masa yang akan datang. Terlebih
lagi jika orang tua secara tidak sadar biasanya memperlakukan anak bungsu
sebagai ’anak kecil’ dalam periode yang terlalu lama. Anak ini akan terikat dan
berkewajiban menyenangkan orang tuanya dengan mencoba menuruti kehendak orang
tuanya. Orang tua biasanya ingin agar anaknya ini mempunyai kontak yang lebih
erat daripada dengan anak-anak yang lain. Orang tua minta kepada kakak-kakak
dari anak terkecil ini, fasilitas-fasilitas serta perlakuan-perlakuan yang baik
dalam arti ’’mengalahlah, demi adik yang lebih kecil.”
Hal ini pula yang sebenarnya banyak mempengaruhi
perkembangan kepribadian anak. Terkadang anak bungsu ini menampilkan
sikap-sikap yang kurang diharapkan kakak-kakaknya. Ia ingin menang sendiri
terutama dalam perhatian. Ia berusaha untuk memperoleh dominasi dan bertindak
menurut caranya sendiri. Dan kadang-kadang menyimpang dari kebiasaan-kebiasaan
yang berlaku.
Pada dasarnya si bungsu lebih menyerupai anak tunggal,
karena ia tidak mempunyai adik lagi dan kedudukannya istimewa. Akan tetapi,
berapa pun umurnya dan betapapun kematangan intelektualnya, sering ia tetap
dianggap sebagai ’’bayi”. Karena orang tua agak enggan untuk merelakan si bayi
ini jadi besar dan dewasa.
Ia juga dimanja oleh seisi rumah, ibu dan ayah serta
kakak-kakak. Dan karena *a mempunyai demikian banyak guru dirumah, biasanya ia
lebih cepat belajar berjalan, bicara dan membaca dibandingkan kakak- kakaknya.
Memperoleh cinta sedemikian banyak, ia cenderung bersikap menarik, suka
bergurau dan merasa bahagia. Namun, si bungsu juga terdorong untuk dapat
mencapai prestasi yang sama atau bahkan lebih dari saudara-saudaranya.
Bahayanya, kalau tantangan terlalu besar untuk kekuatannya, mungkin saja si
bungsu akan kehilangan rasa percaya pada diri sendiri. Ia akan menghindari
tantangan dan lari dari berbagai situasi yang dianggapnya sulit.
Bagi seorang anak bungsu, jalan sudah terbuka dan
pembimbing sudah jelas ada. Dengan demikian perjalanan tampaknya akan selalu
lancar, tidak pernah merasa ’digulingkan’ dari kedudukannya. Di pihak lain, ia
juga harus melalui perjalanan yang panjang untuk mengejar kakak- kakaknya.
Anak bungsu mempunyai kecenderungan untuk menjadi anak
yang paling ambisius dalam keluarga, karena ia harus selalu mengejar kakak-
kakaknya. Seandainya ia berpendapat, ”Ah, buat apa jadi seperti mereka
(kakak-kakaknya)?”, maka tentu ia akan menampilkan peran yang justru berbeda
dari kakak-kakaknya. Misalnya, kakak-kakaknya berhasil dalam bidang pendidikan,
maka ia akan berkecimpung dalam bidang wiraswasta, namun tetap terlihat adanya ketergantungan
pada yang lain.
Suatu persoalan yang kerap kali dihadapi anak bungsu
adalah seringnya mereka menghadapi situasi yang saling berlawanan. Di satu
pihak ia merupakan anak emas, sorotan dalam keluarga. Di pihak lain kakak-
kakaknya selalu berusaha saling berebut pengaruh atas dirinya dan
memperlakukannya sebagai anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Kakak-kakak si
bungsu sering bersikap ingin mengajari segala sesuatu dan meremehkan
kepercayaan dirinya.
Beberapa anak bungsu sering merasa takut untuk bertindak
dan cenderung meninggalkan tanggung jawab kepemimpinan pada yang lain.
Sedangkan anak bungsu dari banyak kakak biasanya harus bekerja keras agar
diterima. Anak bungsu cenderung bersemi, idealistis, bersemangat dan menyukai
pembaharuan dibandingkan kakak-kakaknya.
Si bungsu kerap kali nampak
terdesak hanya pada lahirnya saja. Anak tersebut, walaupun berada di bawah
tekanan kakaknya sesungguhnya tetap berkembang secara wajar. Hanya saja
kemampuan-kemampuannya tidak selalu mendapat perhatian. Sebagian mungkin karena
kedua orang tua harus membagi-bagi perhatian atas dua atau beberapa orang anak,
namun bisa juga karena kekaguman mereka atas 'prestasi’ anak sudah mulai
meluntur. Artinya, semua itu sudah menjadi hal yang biasa saja. Atau mungkin
juga karena si sulung bersifat sangat dominan, sehingga si bungsu sedikit
sekali mendapatkan kesempatan untuk berbuat sesuatu. Tokh kakaknya sudah
menyelesaikannya dengan lebih baik dan lebih cepat. Tetapi dalam waktu ia
menjadi ’anak tunggal’ dirumah, barulah ia berani menunjukkan apa saja yang
sudah dapat dikuasainya. Jadi, bila dalam kesempatan ia berprestasi seperti ini
ia mendapat pujian atau penghargaan seperlunya, maka hal ini akan merupakan
perangsang yang baik sekali. Tidak mustahil dalam waktu yang relatif singkat ia
akan tumbuh dan berkembang dengan pesat.
Status bungsu dari orang tua
kepada seorang anak, sebenarnya sukar diramalkan, kecuali apabila kedua orang
tua itu bersama-sama mengusahakan untuk tidak mempunyai anak lagi. Jika
demikian yang terjadi, tentulah tidak perlu adanya pemberian hak yang istimewa
kepada anak bungsu. Dari orang tua, kadang-kadang nampak seakan-akan ada hak
istimewa kepada si anak bungsu, yaitu apabila orang tua itu mempunyai banyak
anak, sehingga nampak status sosial ekonominya ini, si anak bungsu dirasakan
sebagai anak yang hidup dalam keadaan yang tidak sama dengan waktu
kakak-kakaknya masih kecil dahulu, dan orang tua menghayati hal semacam ini
melalui curahan perasaan dengan perbuatan-perbuatan yang menampakkan lebih
menyayangi anaknya.
Karena terlalu disayang oleh
orang tua dan kakak-kakaknya, terlalu banyak mendapatkan perhatian, perawatan,
pertolongan, hiburan, maka si anak bungsu seakan-akan berada di dalam kehidupan
yang serba kecukupan, serba menyenangkan, serba tersedia, dan serba
mengenakkan. Semua ini memberi kesempatan kepada anak untuk berlaku manja.
Seorang anak bungsu, yang
kadang-kadang lahir tanpa diduga atau diharapkan sebelumnya, biasanya disambut
dengan gembira. Ia merupakan "pembaharuan” dalam keluarga. Seluruh anggota
keluarga menyambutnya dengan penuh antusias, terutama bila tak ada kecemburuan
di antara kakak-kakaknya yang terdahulu. Anak bungsu ini mempunyai teman yang
lebih banyak. Dalam hal ini yang perlu kita perhatikan adalah agar ia tidak
terlalu mendapat perhatian yang berlebihan.
Masalah lainnya yang akan
timbul sangat tergantung pada situasi keluarga. Berdasarkan kenyataan, banyak
orang tua yang sangat menyayangi anak bungsunya. Mereka ingin agar anak ini
tetap kecil selama-lamanya. Mereka cenderung untuk memperlakukannya sebagai
anak kecil terus-menerus.
Namun, betapapun juga, ada keuntungan-keuntungan tertentu bagi anak bungsu.
Pertama-tama tentu saja orang tuanya telah berpengalaman dalam menghadapi anak,
yaitu dengan adanya anak-anak lain vang menjadi kakak-kakak dari anak bungsu
tadi. Apalagi jika kehidupan orang tua lebih baik dari sebelumnya, maka bila
anak bungsu itu datang, kesiapan orang tua tidak hanya pengalaman tersebut di
atas, melainkan juga secara materiil orang tua telah mempunyai persiapan yang
lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar